Jumat, 24 Februari 2017

LAUTAN DAN IKAN PARI



Cerita tentang kita mungkin ada beberapa hal yang orang lain tidak perlu ketahui, kalau saya mencintaimu dengan sepenuh hati. Dan saya pun mulai mengabaikan orang lain yang telah mencintai saya karna saya ingin menjaga keutuhan hubungan ini. Mencintaimu dengan rasa yang tulus dan menjaga dengan sekuat gelandang pengangkut air didalam permainan sepakbola. Diselingi berjalanya waktu tidak terasa kalau sudah tiga tahun kita menjalani hubungan ini. Semua komitmen yang dulu pernah kita ucapkan, setelah janji kelingking yang kita kuatkan. Saya mulai percaya kalau dia memang mempunyai rasa yang sama seperti saya. Berbuhungan hanya melalui media sosial ataupun hanya melalui pesan suara telfon yang kita rasa bisa untuk mengurangi rasa rindu ini. Menjaga komitmen dari kita memakai seragam putih abu-abu sampai akhirnya melaju kejenjang kuliah, dan kita mulai mengerti akan kedewasaan masing-masih dengan pergaulan yang berbeda. Saya rasa kedewasaan akan mengajarkan lebih dari sebuah komitmen, tetapi kamu entah terhasut atau apalah itu dengan yang namanya pergaulan baru yang kamu punya. Rasa komitmen yang kita pertahankan dari dulu mulai memudar. Saya tetap akan menjaga hubungan ini supaya terasa harmonis, entah kalau kamu bosan atau mungkin kamu melihat pangeran yang lain dengan gagahnya berdiri didepanmu sambil mengucapkan janji-janji manis. Namun saya tetap berpikir positif tenang dirinya, walau terlihat bodoh mempertahankan hubungan dengan rasa yang berbeda. Hari mulai berlalu begitu cepat, begitu juga dengan perubahan sifat mu. Memang semua orang tidak akan pernah sama, tetapi apakah mungkin dia melupakan janji yang dulu pernah kita ucapkan. Sudah beberapa bintang dimalam hari yang telah saya temui, dan saya masih melihat celah senyum mu disetiap gemerlap bintang. Bulan seakan berbicara dengan lantang, melontarkan selogan cemohan kepada saya, karna terlalu kasihan melihat saya mempertahankan hubungan yang tidak sehat. Rumput mulai bergoyang karena terhembus angin, seolah membisikan ucapan bahwa ini adalah akhir dari perjuangan cinta saya. Malam pun mulai berganti dengan pagi, saya masih melamun dengan air embun yang mulai membasahi rindu saya yang mulai mengakar. Pagi hari ini banyak bunga dipinggir jalan yang dijual oleh beberapa tukang bunga, bunga-bunga disana terlihat tumbuh subur dan menari-menari karna sudah disirami oleh sang pemilik. Tetapi tidak dengan cinta saya, yang layu karna rindu yang terlalu serakah telah menghabiskan resapan benih cinta saya kepadanya. Saya pun tahu bahwa rindu ini selalu tertuju padamu, tapi apakah kau masih sudi menerima rindu saya. Pagi telah berganti dengan sore, lalu saya bersiap karna ingin bertemu dengan orang yang saya cintai. Malam hari ini pukul 19:30 saya berjumpa dengan nya, ditempat awal pertemuan kita berdua. Dia yang sibuk dengan gadget ditangan dan terlalu senang membalas pesan yang masuk kedalam gadgetnya. Saya masih melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sering saya ucapkan, dia hanya membalas ucapan saya dengan singkat seolah seperti mengaduk segelas kopi yang siap dihidangkan. Waktu pun sudah terlalu malam, dia lalu berpamitan kepada saya tanpa memegang tangan saya walau hanya berjabat tangan. Tidak lama kemudian setelah dia berpamitan dengan saya, datang dua orang perempuan yang saya tau itu adalah sahabat dari kekasih saya. Dia berdua mulai bercerita tentang semua yang kekasih saya lakukan dibelakang saya, mereka bercerita bahwa kekasih saya sedang dekat dengan lelaki lain. Saya masih tidak percaya, walaupun mereka adalah sahabat dari kekasih saya. “Apakah itu benar? Kalian berdua kan sahabatnya kenapa bisa berbicara seperti itu”. Saya mulai bertanya tentang cerita mereka berdua. “Yaa memang betul saya sahabatnya, tetapi saya tidak tega melihat kamu yang memiliki ketulusan hati malah dipermainkan oleh nya”. Jawaban dari kedua sahabat kekasih saya yang mulai membuat saya bingung. Malam sudah terlalu dingin kita semua mulai beranjak untuk melangkah pulang. Sesampainya saya dirumah dan mulai berpikir keras tentang apa yang tadi sahabat kekasih saya ceritakan. Ketika saya sedang berpikir tentang semua itu, tiba-tiba ibu saya menghampiri dengan bertanya “Kamu kenapa apakah lagi ada masalah? Coba ceritakan sama ibu, mungkin ibu bisa kasih solusi sama kamu”. Saya hanya menjawab “Gapapa bu hehe”. “Gapapa gimana, kamu terlihat murung layaknya padi yang mulai layu”. Karna ibu saya yang meminta untuk menceritanyanya yaa saya mulai terbuka dengan masalah cinta saya, lantas saya menceritakanya walaupun sedikit malu karna sudah dewasa mengGalau layaknya anak ABG yang baru kenal percintaan. Setelah saya menceritakan semua masalah saya, ibu mulai menasihati saya dengan nada yang melebur suasana. “Cinta itu bukan bayangan semu yang hendak kamu tangkap. Tetapi cinta itu adalah dua bongkah hati yang patut untuk disatukan bukan dipermainkan”. Jawaban ibu yang memang saya tau dia adalah orang yang realistis. “Lalu saya harus bagaimana menyikapinya?”. “Lohh kok kamu nanya sama ibu, yaa itu ada didalam hati kamu. Bunga tidak akan tumbuh kalau hanya disirami air, mereka pun butuh makan yaitu dikasih pupuk untuk membuatnya seimbang. Serupa dengan cinta, mereka harus seimbang dengan kasih sayang yang merata. Lepaskan apa yang membuatmu pilu layaknya seperti tangkai dibunga mawar yang berduri. Tetapi pertahankan apa yang layak untuk dipertahankan seperti awal mula menanam bunga untuk tumbuh dan berseri”. Setelah ibu saya berbicara seperti itu, saya mulai meresapi dan belajar dari semua pelajaran yang telah semua orang katakan kepada saya. Tiga hari setelah kejadian itu, dengan pesan singkat dihandphone saya yang mulai minim dia kirim kepada saya. Tetap dengan hati yang sama dan berharap yang dikatakan semua orang tentang dia itu salah. Siang hari ini dengan terik matahari yang menyengat kulit, saya sedang menyiapkan sedikit kejutan untuk dia karna tepat dihari ini saya dan dia merayakan hubungan ini yang keempat tahun. Saya membeli setangkai bunga mawar yang hendak akan saya berikan nanti untuknya. Ketika saya ingin pulang tiba-tiba hujan deras, entah mengapa begitu aneh cuaca pada hari itu. Saya pun berteduh diwarung pinggir jalan sambil menikmati kopi panas yang saya pesan. Karna hujan terlalu deras untuk saya tunggu, dengan hati yang menggebu-gebu karna ini hari yang istimewa saya mencoba untuk menerobos dinding hujan yang dingin itu. Ketika saya berjalan menuju motor yang saya parkir disamping tempat saya berteduh, dari seberang jalan terlihat kekasih saya juga sedang berteduh menunggu redanya hujan. Lalu saya mencoba bergegas menghampirinya. Tetapi baru sampai setengah jalan saya untuk menghampirinya, terlihat ada seorang lelaki yang menghampirinya dengan membawa mantel untuk dikasihkan kepada kekasih saya karna kedinginan. Saya hanya menunggu dengan baju dan celana saya yang basah kuyup sambil melihat kekasih saya bermesraan dengan lelaki lain. Lelaki itu mencium kening kekasih saya sambil memeluk layaknya dua orang sejoli yang sedang ditaburi benih cinta. Betapa kagetnya saya melihat kekasih saya bisa melupakan cinta saya dengan begitu cepat. Dengan rasa kecewa saya pun menghampiri mereka berdua, saya tidak memaki atau mencari keributan disana. Saya hanya menyapa mereka berdua dan berkata kepada lelaki yang sedang berada bersama kekasih saya, “Hey, tolong jaga dia seperti saya menjaga dia. Dan tolong juga jangan sakiti dia, karna dia orang baik. Biarkan saja saya yang menerima sakitnya. Semoga kalian berdua menjadi pasangan yang memang ditakdirkan oleh tuhan untuk bersama. Good luck buat kalian berdua”. Saya pun pergi dengan senyum yang sedikit kecewa, seperti pohon rindang yang tersapu deru lahar panas dari meletusnya gunung berapi. Setelah kejadian itu kehidupan saya lebih banyak terlihat murung, orang-orang disekitar sayapun mulai aneh melihat tingkah baru saya. Dan sekali lagi ibu saya menghampiri dan bertanya tentang kemurungan saya.
“Kamu kenapa? Beberapa hari ini ibu lihat kamu murung sekali.”
“Gapapa bu, mungkin saya hanya kurang minum kopi hehe.”
“Minum kopi? Ahh ibu gak yakin kalau ini cuman sebatas masalah meminum kopi, ohh iya ibu tau pasti kamu murung karna masalah percintaan kamu kan.” Ibu saya yang mulai bertanya dengan senyum khasnya.
“Loh kok ibu tahu sih?”. Betapa kagetnya saya ketika ibu saya bertanya seperti itu.
“Ibu dan anak mempunyai ikatan batin yang kuat, mana mungkin ibu tidak memperhatikan semua perubahan sikap kamu.”
“Iya bu memang saya lagi ada masalah soal percintaan yang kemarin saya ceritakan ke ibu.”
“Dasar anak ABG yang suka mengGalau haha.” Ibu mulai mengejek saya dengan membawa satu gelas teh hangat dan satu gelas kopi panas untuk kami berdua nikmati.
“Ihh ibu apaan sih malah ngeledekin aja, makasih bu kopinya.”
“Cinta? Kamu tahu lautan dan ikan pari?”
“Tahu, memang ada apa dengan mereka berdua?”
“Cinta itu seperti lautan dan ikan pari. Menjalin hubungan harus seperti lautan yang tidak akan pernah habis karna goyangan tanaman anemon yang menari-nari didasar karang, dan ikan pari begitu indah ketika berenang-renang dilautan anggap saja itu sebagai cerita indah yang sedang seseorang jalankan. Tetapi ingat ikan pari pun mempunyai racun yang mematikan dibagian ekornya, dan ibu rasa kamu sedang merasakan cambuk berduri ikan pari yang merobek hati kamu sekarang.” Ibu dengan nasihat luar biasanya sembari meminum teh hangat yang ia buat.
“Iya ibu benar saya memang sedang binggung harus berbuat apa ketika ini terjadi, Merelakan orang yang dicintai terlalu berat bu menurut saya. Apakan saya harus mengejar dia ketika saya sudah mengetahui bahwa dia sudah bahagia dengan orang lain.” Jawaban saya dengan raut wajah yang kebingungan.
“Untuk apa kamu mengejar dia lagi bahwa pada kenyataanya kamu telah tersakiti, apa kamu mau tersakiti untuk kedua kalinya. Kamu masih muda, masih panjang perjalan hidupmu tertutama masa depanmu. Kamu jangan pasrah seperti ini, kamu itu bukan pohon jati yang pasrah karna ingin ditebang. Percayalah pada hatimu bahwa ini semua hanya kerikil kecil yang sedikit melukai fisikmu. Sekarang buka akal sehatmu dan niscaya kamu akan menemukan cerita baru dikemudia hari.” Tutur ibu yang membuat saya meneteskan air mata.
“Terimakasih bu atas semua nasihatnya, semuanya kelak akan selalu saya ingat bu.” Ungkapan terimakasih saya sambil memeluk erat ibu saya.
Sekarang saya mulai mengerti akan sebuah kehidupan, terutama tentang cinta. Bahwa pada kenyataanya memang benar yang ditakdirkan untuk pergi akan tetap pergi dengan sendirinya, walaupun kau menghadangnya dengan apapun itu. Namun saya pun percaya bahwa cinta yang ditetapkan untuk seseorang akan datang dengan sendirinya tanpa disengaja sekalipun. Lantas apa saya masih ada layak untuk menerima cinta sejati saya? Dan saya hanya berdoa kepada tuhan, karna dia yang akan merencanakan nya. Sekarang saya harus yakin akan hadirnya cinta sejati saya, meskipun harus menanti dan menunggu begitu lama atau tak sengaja saya menemuinya disuatu tempat yang tidak terduga. Untukmu wahai wanita yang masih dirahasiakan cepatlah datang, agar kita bisa menulis cerita indah kita diatas askara langit dan menceritakanya kepada bumi yang setiap hari kita pinjak.