Jumat, 23 Desember 2016

Ikhlas & Legowo



Disore itu dimana langit sudah mulai memerah karna sang malam mulai meminta giliran untuk menampakan jati dirinya.
Pernah terselip cerita memilukan tentang rasanya kehilangan seseorang yang sangat dicintai, Rasa mencintai tapi tidak sesuai ekspetasi.
Sebab dia berpaling karna melihat pangeran dengan gagah yang mulai melunturkan kesetiaanmu. 
Sejatinya saya hanya merasakan sakit seperti melihat setangkai bunga mawar yang indah tapi hanya merasakan sakit karna duri yang menancap dilubuk hati, bisa ibaratkan seperti mencoba memadamkan api dihutan gambut yang terbakar tapi apinya sudah mencapai dasar bumi.
Serasa begitu sakit merelakan orang yang saya anggap akan menjaga keabadian cinta ini, namun nyatanya hanya menambah intensitas luka.
Saya kira dirimu seperti burung elang yang menawan, rupanya dirimu hanyalah kupu-kupu cantik yang banyak diluar sana.
Dan sebisa mungkin akan saya lupakan semuanya yang pernah kau berikan, entah tentang kebahagian sesaat ini atau tentang luka yang kau tancapkan.
Saya tidak akan membencimu atau mencoba menjadi musuhmu.
Karna bagaimana pun sejahatnya manusia tuhan pasti akan memaafkanya, bagaimana dengan saya yang hanya sebatas umatnya.
Layaknya seperti semilir kata-kata orang jawa disetiap lesehan dimalam hari yaitu mencoba untuk Ikhlas Dan Legowo.
Mungkin memang tuhan menulis skenarionya seperti ini karna ingin melihat saya untuk lebih mendewasakan diri.
Tetapi tuhan pasti akan merevisi semua skenarionya dan akan menulis ulang ceritanya untuk saya, yang mungkin saja akan berakhir dengan indah dikemudian hari.