Disore itu dimana langit sudah mulai memerah karna sang
malam mulai meminta giliran untuk menampakan jati dirinya.
Pernah terselip
cerita memilukan tentang rasanya kehilangan seseorang yang sangat dicintai,
Rasa mencintai tapi tidak sesuai ekspetasi.
Sebab dia berpaling karna melihat
pangeran dengan gagah yang mulai melunturkan kesetiaanmu.
Sejatinya saya hanya
merasakan sakit seperti melihat setangkai bunga mawar yang indah tapi hanya
merasakan sakit karna duri yang menancap dilubuk hati, bisa ibaratkan seperti
mencoba memadamkan api dihutan gambut yang terbakar tapi apinya sudah mencapai
dasar bumi.
Serasa begitu sakit merelakan orang yang saya anggap akan menjaga
keabadian cinta ini, namun nyatanya hanya menambah intensitas luka.
Saya kira dirimu
seperti burung elang yang menawan, rupanya dirimu hanyalah kupu-kupu cantik
yang banyak diluar sana.
Dan sebisa mungkin akan saya lupakan semuanya yang
pernah kau berikan, entah tentang kebahagian sesaat ini atau tentang luka yang
kau tancapkan.
Saya tidak akan membencimu atau mencoba menjadi musuhmu.
Karna
bagaimana pun sejahatnya manusia tuhan pasti akan memaafkanya, bagaimana dengan
saya yang hanya sebatas umatnya.
Layaknya seperti semilir kata-kata orang jawa
disetiap lesehan dimalam hari yaitu mencoba untuk Ikhlas Dan Legowo.
Mungkin
memang tuhan menulis skenarionya seperti ini karna ingin melihat saya untuk
lebih mendewasakan diri.
Tetapi tuhan pasti akan merevisi semua
skenarionya dan akan menulis ulang ceritanya untuk saya, yang mungkin saja akan
berakhir dengan indah dikemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar